PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS
Nama :
Febiana Ramadhani Putri
NPM :
23213350
Kelas :
4EB08
Mata Kuliah : Etika Profesi Akuntansi (Softskill)
Tugas :
Tugas 3
A.
Perilaku
Etika Dalam Bisnis
Etika bisnis
merupakan suatu rangkaian prinsip/aturan/norma yang harus diikuti apabila
menjalankan bisnis. Etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap
kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran
berusaha (bisnis). Kebenaran disini yang dimaksud adalah etika standar yang
secara umum dapat diterima dan diakui prinsip-prinsipnya baik oleh masyarakat,
perusahaan dan individu. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah
bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan
yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan
peraturan yang berlaku.
B.
Lingkungan Bisnis
yang Mempengaruhi Perilaku Etika
Memaksimalkan keuntungan merupakan
satu-satunya tujuan bagi sebuah perusahaan. Akan tetapi. karena yang diincar
adalah keuntungan, mudah sekali terjadi penyimpangan terhadap norma-norma
moral. Mudah sekali orang tergoda untuk menempuh jalan pintas dalam
meningkatkan keuntungan. Namun semakin disadari bahwa godaan itu membawa risiko
besar yang akan menjadi bom waktu yang akan menghancurkan perusahaan pada
jangka panjang. Dalam hal ini peran manajer sangat penting dalam mengambil
keputusan-keputusan bisnis secara etis. Terdapat beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku etika dalam bisnis yaitu :
1.
Lingkungan Bisnis
Seringkali para eksekutif perusahaan dihadapkan pada suatu
dilema yang menekannya, seperti misalnya harus mengejar kuota penjualan,
menekan biaya, peningkatan efisiensi dan bersaing, Dipihak lain eksekutif
perusahaan juga harus bertanggung jawab terhadap masyarakat agar kualitas
barang terjaga, harga barang terjangkau. Disini nampak terdapat dua hal yang
bertentangan harus dijalankan. Misalnya, menekan biaya dan efisiensi tetapi
harus tetap meningkatkan kualitas produk. Oleh karena itu eksekutif perusahaan harus
pandai mengambil keputusan etis yang tidak merugikan perusahaan.
Lingkungan bisnis adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi aktivitas bisnis dalam suatu lembanga organisasi atau
perubahan. Faktor – faktor yang mempengaruhi lingkungan bisnis adalah :
a. Lingkungan internal
Segala sesuatu didalam organisasi
atau perusahaan yang akan mempengaruhi organisasi atau perusahaan tersebut.
b. Lingkungan Eksternal
Segala sesuatu di luar batas-batas
organisasi atau perusahaan yang mempengaruhi organisasi atau perusahaan.
Perubahan lingkungan bisnis yang
semakin tidak menentu dan situasi bisnis yang semakin komperatif menimbulkan
pesaingan yang semakin tajam, ini di tandai dengan semakin banyaknya perusahaan
milik pemerintah atau swasta yang didirikan baik itu perusahaan berskala besar,
perusahaan menengah, maupun perusahaan berskala kecil.
2.
Organisasi
Secara umum, anggota organisasi itu sendiri saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Dilain pihak organisasi terhadap
individu harus tetap berprilaku etis, misalnya masalah pengupahan, jam kerja
maksimum.
3.
Individu
Seseorang yang memiliki filosofi moral, dalam bekerja dan
berinteraksi dengan sesama akan berprilaku etis. Prinsip-prinsip yang diterima
secara umum dapat dipelajari dari interaksi dengan teman, famili, dan kenalan.
Dalam bekerja, individu harus memiliki tanggung jawab moral terhadap hasil
pekerjaannya yang menjaga kehormatan profesinya. Bahkan beberapa profesi
memiliki kode etik tertentu dalam pekerjaannya.
Tujuan
dari sebuah bisnis kecil adalah untuk tumbuh dan
menghasilkan uang.Untuk melakukan itu, penting bahwa semua karyawan
di papan dan bahwa kinerja mereka dan perilaku berkontribusi pada kesuksesan
perusahaan. Perilaku karyawan, bagaimanapun, dapat dipengaruhi oleh faktor
eksternal di luar bisnis.Pemilik usaha kecil perlu menyadari faktor-faktor dan
untuk melihat perubahan perilaku karyawan yang dapat sinyal masalah, antara
lain:
a. Budaya Organisasi
Keseluruhan budaya perusahaan dampak
bagaimana karyawan melakukan diri dengan rekan kerja, pelanggan dan pemasok.
Lebih dari sekedar lingkungan kerja, budaya organisasi mencakup sikap manajemen
terhadap karyawan, rencana pertumbuhan perusahaan dan otonomi / pemberdayaan
yang diberikan kepada karyawan. “Nada di atas” sering digunakan untuk
menggambarkan budaya organisasi perusahaan. Nada positif dapat membantu
karyawan menjadi lebih produktif dan bahagia. Sebuah nada negatif dapat
menyebabkan ketidakpuasan karyawan, absen dan bahkan pencurian atau vandalisme.
b. Ekonomi Lokal
Melihat seorang karyawan dari pekerjaannya
dipengaruhi oleh keadaan perekonomian setempat. Jika pekerjaan yang banyak dan
ekonomi booming, karyawan secara keseluruhan lebih bahagia dan perilaku mereka
dan kinerja cermin itu. Di sisi lain, saat-saat yang sulit dan pengangguran
yang tinggi, karyawan dapat menjadi takut dan cemas tentang memegang pekerjaan
mereka.Kecemasan ini mengarah pada kinerja yang lebih rendah dan penyimpangan
dalam penilaian. Dalam beberapa karyawan, bagaimanapun, rasa takut kehilangan
pekerjaan dapat menjadi faktor pendorong untuk melakukan yang lebih baik.
c. Reputasi Perusahaan dalam Komunitas
Persepsi karyawan tentang bagaimana
perusahaan mereka dilihat oleh masyarakat lokal dapat mempengaruhi perilaku.
Jika seorang karyawan menyadari bahwa perusahaannya dianggap curang atau murah,
tindakannya mungkin juga seperti itu. Ini adalah kasus hidup sampai harapan.
Namun, jika perusahaan dipandang sebagai pilar masyarakat dengan banyak
goodwill, karyawan lebih cenderung untuk menunjukkan perilaku serupa karena
pelanggan dan pemasok berharap bahwa dari mereka.
d. Persaingan di Industri
Tingkat daya saing dalam suatu
industri dapat berdampak etika dari kedua manajemen dan karyawan, terutama
dalam situasi di mana kompensasi didasarkan pada pendapatan. Dalam lingkungan
yang sangat kompetitif, perilaku etis terhadap pelanggan dan pemasok dapat
menyelinap ke bawah sebagai karyawan berebut untuk membawa lebih banyak
pekerjaan. Dalam industri yang stabil di mana menarik pelanggan baru tidak
masalah, karyawan tidak termotivasi untuk meletakkan etika internal mereka
menyisihkan untuk mengejar uang.
C.
Kesaling
Ketergantungan Antara Bisnis dan Masyarakat
Bisnis melibatkan hubungan ekonomi
dengan banyak kelompok orang yaitu pelanggan, tenaga kerja, stockholders,
suppliers, pesaing, pemerintah dan komunitas. Oleh karena itu para pebisnis
harus mempertimbangkan semua bagian dari stakeholders dan bukan hanya
stockholdernya saja. Pelanggan, penyalur, pesaing, tenaga kerja, dan bahkan
pemegang saham adalah pihak yang sering berperan untuk keberhasilan dalam
berbisnis.
Lingkungan
bisnis yang mempengaruhi perilaku etika adalah lingkungan makro dan
lingkungan mikro. Sebagai bagian dari
masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata
hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta
etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika antara sesama pelaku
bisnis maupun etika terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak
langsung. Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat
bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang
bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi
meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia.
Pelaku bisnis dituntut untuk peduli
dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang " dengan
jalan memberikan sumbangan, melainkan dengan mengembangkan dan memanifestasikan
sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa
dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat, terutama dalam hal pendidikan,
kesehatan, pemberian pelatihan keterampilan, dan lain sebagainya. Etika bisnis
merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam
perusahaan itu sendiri. Seperti halnya manusia pribadi juga memiliki etika
pergaulan antar manusia, maka pergaulan bisnis dengan masyarakat umum juga
memiliki etika pergaulan yaitu etika pergaulan bisnis. Etika pergaulan bisnis
dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah :
a.
Hubungan
antara bisnis dengan langganan / konsumen
Hubungan antara bisnis dengan
langgananya adalah hubungan yang paling banyak dilakukan, oleh karena itu
bisnis haruslah menjaga etika pergaulanya secara baik. Adapun pergaulannya
dengan langganan ini dapat disebut disini misalnya saja :
·
Kemasan
yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau mengadakan
perbandingan harga terhadap produknya.
·
Bungkus
atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi didalamnya.
·
Pemberian
servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang sangat etis bagi
suatu bisnis.
b.
Hubungan
dengan karyawan
Manajer
yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering kali
harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya. Pergaulan bisnis
dengan karyawan ini meliputi beberapa hal yakni : Penarikan (recruitment),
Latihan (training), Promosi atau kenaikan pangkat, Tranfer, demosi
(penurunan pangkat) maupun lay-off atau pemecatan / PHK (pemutusan hubungan
kerja). Didalam menarik tenaga kerja haruslah dijaga adanya
penerimaan yang jujur sesuai dengan hasil seleksi yang telah dijalankan. Sering
kali terjadi hasil seleksi tidak diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah
peserta yang berasal dari anggota keluarga sendiri.
c.
Hubungan
antar bisnis
Hubungan ini
merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Hal
ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan para pesaing, grosir,
pengecer, agen maupun distributor. Dalam kegiatan sehari-hari tentang hubungan
tersebut sering terjadi benturan-benturan kepentingan antara keduanya. Dalam
hubungan ini tidak jarang dituntut adanya etika pergaulan bisnis yang baik.
d.
Hubungan
dengan Investor
Perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah "go
public" harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari
bisnisnya kepada para investor. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan
para investor untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Jangan sampai
terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap informasi tentang prospek
perusahaan tersebut.
e.
Hubungan
dengan Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama pajak pada
umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini
merupakan hubungan yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan. Laporan
finansial tersebut haruslah disusun secara baik dan benar sehingga tidak
terjadi kecendrungan kearah penggelapan pajak atau sebagainya. Keadaan tersebut
merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak baik.
D.
Kepedulian Pelaku
Bisnis Terhadap Etika
Para pelaku bisnis diharapkan dapat
mengaplikasikan etika bisnis dalam menjalankan usahanya. Dengan adanya etika
bisnis yang baik dari suatu usaham maka akan memberikan suatu nilai positif untuk
perusahaannya. Hal ini sangatlah penting dami meningkatkan ataupun melindungi
reputasi perusahaan tersebut sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan
dengan baik, bahkan dapat meningkatkan cangkupan bisnis yang terkait. Dalam
menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah :
a.
Pengendalian diri
Pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu
mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari
siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak
mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain.
b.
Pengembangan Tanggung Jawab Sosial
Pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan
sikap tanggung jawab masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa
dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat, terutama dalam hal pendidikan,
kesehatan, pemberian pelatihan keterampilan, dan lain sebagainya.
c.
Mempertahankan Jati Diri dan tidak mudah terombang-ambing
oleh pesatnya perkembangan TI
Bukan berarti etika bisnis anti pekembangan informasi dan
terknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk
kepentingan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya
yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
d.
Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan
efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah,
dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan
golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar
mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya.
e.
Menerapkan konsep "pembangunan berkelanjutan"
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada
saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa
mendatang.
f.
Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi,
Kolusi, dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini,
kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi,
manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun
berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.
g.
Mampu menyatakan yang benar itu benar
h.
Menumbuhkan sikap saling percaya
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif"
harus ada saling percaya antara golongan pengusaha kuat dengan golongan
pengusaha lemah agar pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha
lainnya yang sudah besar dan mapan.
i.
Konsekuen dan Konsisten dengan aturan main yang telah
disepakati bersama.
E. Perkembangan dalam Etika dan Bisnis
Berikut perkembangan etika bisnis:
1.
Situasi Dahulu
Pada awal
sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki
bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan
membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2.
Masa Peralihan: tahun 1960-an
Ditandai
pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi
mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan).
Hal ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu
dengan menambahkan European Business Ethics Network mata
kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and Society. Topik yang paling
sering dibahas adalah corporate social responsibility.
3.
Etika Bisnis Lahir di AS: tahun
1970-an
Sejumlah
filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis
dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang
sedang meliputi dunia bisnis di AS.
4.
Etika Bisnis Meluas ke Eropa: tahun
1980-an
Di Eropa
Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun
kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta
sekolah bisnis yang disebut (EBEN).
5.
Etika Bisnis menjadi Fenomena
Global: tahun 1990-an
Tidak
terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh
dunia. Telah didirikan International Society for Business, Economics,
and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.
F. Etika Bisnis Dan Akuntan
Profesi Akuntan publik bisa dikatakan sebagai salah satu
profesi kunci di era globalisasi untuk mewujudkan era transparansi bisnis yang
fair, oleh karena itu kesiapan yang menyangkut profesionalisme mensyaratkan
tiga hal utama yang harus dipunyai oleh setiap anggota profesi yaitu :
keahlian, berpengetahuan dan berkarakter. Karakter menunjukan personality
seorang profesional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan
etisnya. Sikap dan tindakan etin akuntan publik akan sangat menentukan
posisinya di masyarakat pemakai jasa profesionalnya. Profesi juga dapat
dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah hidup
dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta dengan
melibatkan komitmen pribadi yang mendalam. Untuk menegakkan akuntansi sebagai
sebuah profesi yang etis, dibutuhkan etika profesi dalam mengatur kegiatan
profesinya. Etika profesi itu sendiri, dalam kerangka etika merupakan bagian
dari etika sosial. Karena etika profesi menyangkut etika sosial, berarti
profesi (dalam hal ini profesi akuntansi) dalam kegiatannya pasti berhubungan
dengan orang/pihak lain (publik). Dalam menjaga hubungan baik dengan pihak lain
tersebut akuntan haruslah dapat menjaga kepercayaan publik.
Dalam kenyataannya, banyak akuntan yang tidak memahami kode
etik profesinya sehingga dalam prakteknya mereka banyak melanggar kode etik.
Hal ini menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan publik terhadap profesi
akuntansi. Kondisi ini diperburuk dengan adanya perilaku beberapa akuntan yang
sengaja melanggar kode etik profesinya demi memenuhi kepentingan mereka
sendiri.
Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia
diatur oleh suatu kode etik profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan
Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan tatanan etika dan
prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan
klien, sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat. Selain dengan kode
etik akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan
keuangan atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang
diberikannya karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang diatur
dalam kode etik profesi.
G.
Contoh
Kasus Perilaku Etika dalam Bisnis
PANGKALAN
KERINCI, JurnalRiau,Com- Akibat persaingan kurang sehat pihak perusahaan kini
melakukan berbagai cara untuk merekrut tenaga kerja yang diiming-imingi
kenaikan gaji.Berawal dari kekecewaan dengan management PT Riau Andalan Pulp
and Paper (RAPP), ratusan karyawan di masing-masing departemen perusahaan kayu
yang berbasis di Pangkalan Kerinci mengancam bakal hengkang dari perusahaan dan
hijrah Ke PT Indah Kiat.
Kekecewaan
tersebut dikarenakan perusahaan ini telah ingkar janji dengan para karyawan
terkait bonus yang akan diberikan. Dimana sebelumnya, para karyawan yang
bekerja di PT RAPP diberikan janji oleh pihak management dengan bonus
kesejahteraan bila target perusahaan tercapai. Namun meski target perusahaan
telah tercapai empat bulan lewat, janji perusahaan yang akan memberikan bonus
pada karyawan tak kunjung terealisasi.
Maka
dari itu, para karyawan yang merasa dikecewakan berniat untuk hengkang dari
perusahaan kayu milik Taipan Sukanto Tanoto itu. Tak tanggung – tanggung, ada
sekitar 80 persen karyawan dari masing-masing departemen yang berencana akan
hengkang ke PT Indah Kiat. Namun niat para karyawan agak sedikit terhalang,
pasalnya pihak perusahaan tak mau melepaskan begitu saja para karyawannya.
Beberapa
Top Management PT RAPP seperti David Ceer, Timo Hakkinen, Elwan Jumandri dan
Jhoni W Sida langsung datang ke lokasi di Grand Hotel Pangkalan Kerinci, Sabtu
(10/4) tempat beberapa karyawan PT RAPP akan melakukan interview dengan PT.
Indah Kiat.
Dari
pantauan sendiri di lokasi kejadian, memang beberapa orang dari pihak
perusahaan berpakaian preman terlihat mondar-mandir di lingkungan hotel. Salah
seorang karyawan yang akan diinterview oleh PT Indah Kiat di Pangkalan Kerinci
dan wanti-wanti namanya minta dirahasiakan mengakui kekhawatirannya. Pasalnya,
dia bersama kawan-kawannya melihat sendiri bahwa pihak perusahaan PT. RAPP
membawa security berpakaian seragam dan bebas datang ke lokasi hotel.”Jujur
saja, kami ketakutan pak, soalnya management membawa security satu truk dan
preman untuk menjegal kami agar tak jadi diinterview,” pungkas salah satu
karyawan yang enggan disebut identitasnya.
Dilain
sisi menanggapi hal ini secara pribadi pihak Stokeholder Relations
Manager PT.RAPPWan Zak kepada JurnalRiau, Minggu petang (11/04/2010)
mengatakan, bahwa hal itu tidak benar, soal pengamcanam untuk hengkang sudah
kedua kali. Dan untuk keluar dari perusahaan karyawan tergantung kesepakatan
Mou kontrak kerja sebelumnya. Jadi tak segampang itu.
Adanya
rumor interview oleh pihak perusahaan pulp PT. Indah Kiat, bagi sejumlah
karyawan HRD Riaupulp, menurut wan Zack, tindakan itu merupakan persaingan
bisnis yang tak sehat. Dan dinilai merusak etika bisnis, “Selama ini karyawan
kita telah mendapat ilmu pengetahuan dan bimtek, yang cukup handal, kenapa
tiba-tiba ada perusahaan yang merekrut dengan sistem persaingan tak sehat..,”
ucap Wan Zak.
Sementara
Humas Relation PT. Indah Kiat, Nurul Huda ketika dihubungi via ponselnya Minggu
petang (11/04/10) mengaku belum mengetahui hal itu. Karena yang menghandel
masalah adalah HRD.
Penyelesaian:
·
Ada
beberapa kesalahan yang dilakukan oleh kedua perusahaan diatas. Hal pertama
adalah kesalahan yang dilakukan oleh PT.RAPP (Riau Andalan Pulp and
Paper ) yang sudah melanggar Prinsip Etika bisnis yaitu prinsip kejujuran,
prinsip keadilan dan prinsip tidak berbuat jahat dan berbuat baik. Pada prinsip
kejujuran, perusahaan sudah ingkar janji atau telah melanggar perjanjian dengan
para karyawan mengenai pemberian bonus jika target perusahaan tercapai,,
perjanjian yang disepakati bersama telah diabaikan oleh PT.RAPP.
·
Pada
Prinsip Keadilan , disini ada kaitanya dengan Prinsip Kejujuran dimana
perusahaan seharusnya memberikan sesuatu yang sudah menjadi hak para karyawan
tersebut, di mana prestasi dibalas dengan kontra prestasi yang sama nilainya.
Dan yang terakhir yaitu Prinsip Integritas Moral, dimana pada kasus ini yang
diuntungkan hanya satu pihak yaitu pihak PT.RAPP. padahal akan lebih baik
jika kedua belah pihak merasa diuntungkan yaitu perusahaan mencapai targetnya
dan para karyawan mendapatkan apa yang seharusnya menjadi hak mereka. Jika saja
perusahaan lebih memperhatikan kesejahteraan karyawan secara keseluruhan maka
hal – hal yang tidak diinginkan seperti artikel diatas tidak akan terjadi.
Sumber:
Buku Keprihatinan
Moral ; K.Bertens
Buku Pengantar Etika Bisnis; K. Bertens
Buku Pengantar Etika Bisnis; K. Bertens
http://adistipamula.blogspot.com/2013/10/perilaku-etika-dalam-bisnis.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Etika_bisnis
Terimakasij atas penjelasan materinya, sangat membantu sekali 😊
BalasHapus